Bayang Pernikahan

Senja terus dibayangi oleh pernikahan ilusinya. Pernikahan yang diimpikan dibangku kuliah dengan lelaki ilusinya. Kini ia hanya membawa luka hati dan batin hingga akhir hayatnya menjadi seorang ibu rumah tangga. Yang berkutat dalam  Yang berakhir adalah usia dan yang bertahan adalah 

Membayangkan pernikahan dahulu dan kini sungguh amatlah berbeda jauh. Dahulu bayang pernikahan begitu manis. Bahkan tak dapat dipungkiri mereka yang belum menunaikannya ingin segera melangsungkannya dengan cepat. Tetapi setelah menjalaninya, sabar adalah kunci dari sumber kewarasan yang tak boleh kehabisan.

Pernikahan Senja telah memasuki usia ke 7 tahun. Senja memutuskan untuk menikah di usia ke 36 tahun. Lelaki yang beruntung menikahinya berasal dari keluarga sederhana. Meski demikian Senja ingin pernikahan yang sekali dalam seumur hidup ini berkesan. Sehingga keluarga Senja menyiapkan acaranya lebih dari cukup. 

Pernikahan Senja sedari awal memang banyak ujiannya. Terlebih semenjak menikah dan dikaruniai seorang putra yang kini telah menginjak usia 6 tahun. Senja tidak lagi seperti menjadi dirinya sendiri. Sejatinya jiwa dan hatinya telah terampas. Dirampas oleh kenyataan yang harus ditanggungnya seorang diri. Bertahan atas dasar adanya seseorang yang berat untuk meninggalkan suaminya. Ada saja perkara yang muncul dalam pernikahan. Ujian-ujian yang silih berganti ini datang bukan karena pasangan satu sama lain. Yang paling berat dan sulit diterima adalah kenyataan datang dari keluarga suami Senja. 

Entah bagaimana perasaan Senja. Sekuat itukah jiwa dan hatimu. Menerima dengan segala kekurangan yang ada pada suaminya. Sampai pada satu kejadian yang ia tidak habis pikir mengapa suaminya menghianatinya kedua kali. Setelah pengorbanan demi pengorbanan menimpa Senja. 


Comments

Popular posts from this blog

Hadiah Tuhan Untuk Senja